Risiko Hipovolemia
Kesehatan jantung dan sistem peredaran darah sangat bergantung pada keseimbangan volume cairan tubuh. Penurunan volume cairan dapat berdampak langsung pada curah jantung dan aliran darah ke organ vital. Oleh karena itu, memahami risiko hipovolemia menjadi hal penting untuk mencegah gangguan sirkulasi dan komplikasi serius lainnya.
Definisi
Risiko hipovolemia adalah kondisi di mana seseorang berisiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraselular. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan distribusi cairan dalam tubuh yang berakibat pada penurunan tekanan darah, gangguan sirkulasi, hingga kegagalan organ apabila tidak segera ditangani.
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hipovolemia antara lain:
- Kehilangan cairan secara aktif
- Gangguan absorbsi cairan
- Usia lanjut
- Kelebihan berat badan
- Status hipermetabolik
- Kegagalan mekanisme regulasi
- Evaporasi
- Kekurangan intake cairan
- Efek agen farmakologis
Kondisi Klinis Terkait
Beberapa kondisi medis yang sering terkait dengan risiko hipovolemia meliputi:
- Penyakit Addison
- Trauma atau perdarahan
- Luka bakar
- AIDS
- Penyakit Crohn
- Muntah
- Diare
- Kolitis ulseratif
Kesimpulan
Hipovolemia merupakan salah satu kondisi serius yang dapat memengaruhi keseimbangan cairan tubuh dan menurunkan curah jantung. Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi berat seperti syok hipovolemik atau kegagalan organ. Menjaga asupan cairan yang cukup, pemantauan tanda vital, serta pengelolaan kondisi medis yang mendasari adalah langkah utama dalam pencegahan gangguan ini.
Sumber: Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) – Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), 2017.
Posting Komentar untuk "Risiko Hipovolemia - SDKI"