Ditulis oleh: Tim Redaksi Nerspedia.id | Media Edukasi Keperawatan dan Kesehatan
1. Pengertian Penyakit Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi ketika tekanan darah arteri meningkat secara menetap di atas nilai normal. Menurut World Health Organization (WHO, 2023), seseorang dikatakan mengalami hipertensi apabila tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg berdasarkan dua kali pengukuran pada waktu berbeda.
Hipertensi disebut sebagai “silent killer” karena sering kali tidak menimbulkan gejala hingga menimbulkan kerusakan pada organ vital seperti jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah. Penyakit ini termasuk masalah kesehatan global karena prevalensinya tinggi dan menjadi faktor risiko utama penyakit kardiovaskular.
2. Etiologi atau Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer merupakan jenis yang paling umum (sekitar 90–95% kasus) dan tidak memiliki penyebab tunggal yang jelas. Namun, beberapa faktor risiko yang berkontribusi meliputi:
- Faktor genetik atau riwayat keluarga hipertensi
- Peningkatan usia (terutama di atas 40 tahun)
- Obesitas dan gaya hidup sedentari (kurang aktivitas fisik)
- Konsumsi garam berlebih (>5 gram per hari)
- Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol
- Stres emosional dan psikologis berkepanjangan
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit atau kelainan lain yang mendasarinya. Beberapa penyebab antara lain:
- Penyakit ginjal kronis
- Kelainan endokrin (seperti hiperaldosteronisme atau sindrom Cushing)
- Penyempitan arteri renalis
- Efek obat-obatan (kortikosteroid, kontrasepsi oral, NSAID)
- Sleep apnea obstruktif
3. Patofisiologi Hipertensi
Patofisiologi hipertensi melibatkan interaksi kompleks antara sistem saraf, hormon, ginjal, dan pembuluh darah. Dalam kondisi normal, tubuh menjaga keseimbangan tekanan darah melalui mekanisme regulasi seperti sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS), tonus pembuluh darah, dan keseimbangan cairan.
Pada penderita hipertensi, terjadi peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dan RAAS, yang menyebabkan:
- Vasokonstriksi pembuluh darah
- Peningkatan volume darah akibat retensi natrium dan air
- Peningkatan resistensi perifer total
Kombinasi perubahan tersebut menimbulkan tekanan darah tinggi kronis yang lama-kelamaan menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah, hipertrofi ventrikel kiri, dan gangguan fungsi organ vital seperti ginjal dan jantung.
4. Manifestasi Klinis (Gejala Hipertensi)
Hipertensi sering tidak menimbulkan gejala khas pada tahap awal. Gejala biasanya baru muncul saat tekanan darah sangat tinggi atau ketika sudah terjadi komplikasi organ target.
Beberapa manifestasi klinis yang dapat ditemukan antara lain:
- Sakit kepala terutama di area belakang kepala
- Pusing, berdebar, atau mudah lelah
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur atau ganda)
- Epistaksis (mimisan spontan)
- Nyeri dada dan sesak napas
- Gangguan tidur dan mudah marah
Meskipun demikian, banyak penderita yang tetap asimtomatik, sehingga penting dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, terutama bagi individu dengan faktor risiko.
5. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk menegakkan diagnosis, menilai kerusakan organ, dan mencari kemungkinan penyebab sekunder. Beberapa pemeriksaan yang biasa dilakukan meliputi:
- Pengukuran tekanan darah: dilakukan minimal dua kali dalam keadaan tenang dan alat yang terstandar.
- Urinalisis: untuk mendeteksi proteinuria atau hematuria yang mengindikasikan gangguan ginjal.
- Pemeriksaan darah: meliputi kadar ureum, kreatinin, elektrolit, glukosa darah, dan profil lipid.
- EKG (Elektrokardiogram): untuk mendeteksi pembesaran jantung atau gangguan irama.
- Foto toraks: menilai adanya kardiomegali.
- Funduskopi: menilai kerusakan retina akibat tekanan darah tinggi kronis.
6. Penatalaksanaan Medis Hipertensi
Tujuan utama terapi hipertensi adalah menurunkan tekanan darah hingga batas normal (<140/90 mmHg) dan mencegah komplikasi organ target. Penatalaksanaan meliputi dua pendekatan, yaitu nonfarmakologis dan farmakologis.
a. Terapi Nonfarmakologis
- Mengurangi asupan garam hingga <5 gram per hari
- Menurunkan berat badan (BMI ideal 18,5–24,9 kg/m²)
- Berhenti merokok dan menghindari alkohol
- Aktivitas fisik teratur minimal 30 menit/hari, 5 kali/minggu
- Memperbanyak konsumsi sayur, buah, dan makanan rendah lemak (DASH Diet)
- Mengelola stres dengan relaksasi dan istirahat cukup
b. Terapi Farmakologis
Pemilihan obat antihipertensi disesuaikan dengan usia, kondisi klinis, serta penyakit penyerta pasien. Jenis obat yang umum digunakan antara lain:
- Diuretik: seperti hidroklorotiazid untuk mengurangi volume darah.
- ACE inhibitor: seperti captopril atau lisinopril yang menghambat RAAS.
- ARB (Angiotensin Receptor Blocker): seperti losartan atau valsartan.
- Beta-blocker: seperti bisoprolol dan atenolol untuk menurunkan kerja jantung.
- Calcium channel blocker: seperti amlodipin yang melemaskan otot pembuluh darah.
Dalam beberapa kasus, kombinasi dua atau lebih obat diperlukan untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan.
7. Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ vital. Beberapa komplikasi yang sering terjadi antara lain:
- Stroke: akibat pecah atau sumbatan pembuluh darah otak.
- Penyakit jantung koroner: karena penyempitan arteri koronaria.
- Gagal jantung: akibat beban kerja jantung meningkat.
- Gagal ginjal kronis: karena kerusakan pembuluh darah ginjal.
- Retinopati hipertensi: menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan.
- Aneurisma aorta: akibat pelebaran dinding pembuluh darah besar.
8. Prognosis
Prognosis hipertensi bergantung pada tingkat keparahan dan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi. Pasien dengan kontrol tekanan darah yang baik memiliki harapan hidup dan kualitas hidup yang normal. Sebaliknya, hipertensi yang tidak diobati meningkatkan risiko komplikasi fatal seperti stroke dan serangan jantung.
9. Peran Perawat dalam Pengelolaan Pasien Hipertensi
Perawat memiliki peran penting dalam deteksi dini, edukasi, dan pemantauan pasien hipertensi. Pendekatan keperawatan yang komprehensif membantu pasien mengubah gaya hidup dan mematuhi pengobatan.
- Pengkajian: mengidentifikasi faktor risiko, pola makan, kebiasaan hidup, dan tekanan darah pasien.
- Perencanaan: menyusun rencana intervensi untuk menurunkan tekanan darah dan mengubah perilaku kesehatan.
- Implementasi: memberikan edukasi diet rendah garam, latihan fisik, serta pengelolaan stres.
- Evaluasi: menilai keberhasilan terapi melalui pemantauan tekanan darah dan kepatuhan pasien.
- Promosi kesehatan: mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan tekanan darah rutin.
Dengan edukasi dan pendampingan berkelanjutan, perawat berperan besar dalam mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien hipertensi.

Posting Komentar untuk "Laporan Pendahuluan Penyakit Hipertensi"