Nerspedia.id – Media Edukasi Keperawatan dan Informasi Kesehatan
Perikarditis merupakan salah satu penyakit jantung yang perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat menimbulkan komplikasi berat jika tidak ditangani dengan tepat. Artikel ini membahas laporan pendahuluan penyakit perikarditis secara lengkap meliputi pengertian, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, serta peran perawat dalam pengelolaan penyakit ini.
1. Pengertian Penyakit Perikarditis
Perikarditis adalah peradangan pada perikardium—selaput yang membungkus jantung—yang terdiri dari dua lapisan: lapisan viseral dan parietal. Antara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardial dalam jumlah kecil yang berfungsi sebagai pelumas agar jantung dapat berdenyut tanpa gesekan. Menurut WHO dan Kemenkes RI, perikarditis dapat bersifat akut atau kronis, dengan penyebab bervariasi mulai dari infeksi virus hingga gangguan autoimun.
2. Etiologi / Penyebab
Penyebab perikarditis dapat dibedakan menjadi beberapa kategori:
- Infeksi: Virus (Coxsackievirus, Echovirus), bakteri (Staphylococcus, Streptococcus, Mycobacterium tuberculosis), jamur, dan parasit.
- Non-infeksi: Gangguan autoimun (lupus eritematosus sistemik, rheumatoid arthritis), trauma dada, pasca operasi jantung, atau radiasi dada.
- Idiopatik: Tidak diketahui penyebab spesifiknya, namun diduga berhubungan dengan infeksi virus.
- Metabolik: Gagal ginjal kronis (uremia), hipotiroidisme.
3. Anatomi Fisiologi Jantung dan Perikardium
Perikardium adalah kantung fibroserosa yang mengelilingi jantung dan akar pembuluh darah besar. Struktur perikardium terdiri dari:
- Perikardium fibrosa: Lapisan luar yang keras, berfungsi melindungi jantung dari cedera mekanik dan menjaga posisi jantung di rongga dada.
- Perikardium serosa: Terdiri dari lapisan parietal dan viseral (epikardium). Antara keduanya terdapat cairan perikardial (10–50 mL) yang berfungsi sebagai pelumas.
Secara fisiologis, perikardium membantu menstabilkan posisi jantung, menghindari dilatasi berlebihan, serta mengurangi gesekan antar struktur jantung selama kontraksi dan relaksasi.
4. Patofisiologi
Peradangan pada perikardium menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, yang mengakibatkan keluarnya cairan ke rongga perikardial. Hal ini menimbulkan penumpukan cairan (efusi perikardial) dan gesekan antara kedua lapisan perikardium. Bila cairan berlebih, dapat terjadi tamponade jantung—keadaan darurat medis yang menghambat pengisian darah ke jantung.
Pada perikarditis kronis, peradangan yang berulang dapat menimbulkan jaringan parut (fibrosis), menurunkan elastisitas perikardium, dan menyebabkan perikarditis konstriktif yang menghambat fungsi jantung.
5. Manifestasi Klinis (Gejala)
- Nyeri dada tajam, terutama saat menarik napas dalam atau berbaring (pleuritik).
- Nyeri dapat menjalar ke bahu kiri atau punggung.
- Demam ringan.
- Sesak napas (dispnea).
- Bunyi gesekan perikardial (pericardial friction rub) pada auskultasi.
- Palpitasi, kelemahan, atau kelelahan.
- Pada kasus berat: penurunan tekanan darah, peningkatan vena jugularis, dan takikardia (menandakan tamponade jantung).
6. Pemeriksaan Penunjang yang Relevan
- Elektrokardiogram (EKG): Menunjukkan elevasi ST yang difus dan depresi PR.
- Ekokardiografi: Untuk mendeteksi efusi perikardial dan menilai fungsi jantung.
- Rontgen dada: Dapat memperlihatkan pembesaran bayangan jantung bila terdapat cairan banyak.
- CT Scan / MRI: Digunakan pada kasus kronis untuk melihat penebalan perikardium.
- Pemeriksaan laboratorium: Leukositosis, peningkatan CRP dan laju endap darah (LED), serta uji serologis untuk infeksi.
7. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi adalah mengurangi peradangan, mengatasi penyebab dasar, dan mencegah komplikasi. Pendekatan yang umum meliputi:
- Farmakologis:
- NSAID (ibuprofen, aspirin) untuk mengurangi nyeri dan inflamasi.
- Kortikosteroid untuk kasus berat atau berulang.
- Antibiotik bila disebabkan oleh infeksi bakteri.
- Kolkisin untuk mencegah kekambuhan.
- Tindakan invasif:
- Perikardiosentesis untuk mengeluarkan cairan perikardial pada tamponade.
- Perikardiektomi (pengangkatan sebagian perikardium) pada perikarditis konstriktif kronis.
- Perawatan suportif: Istirahat, kontrol nyeri, dan observasi tanda vital.
8. Komplikasi yang Mungkin Terjadi
- Efusi perikardial: Penumpukan cairan berlebihan dalam perikardium.
- Tamponade jantung: Kondisi gawat darurat akibat tekanan berlebih pada jantung.
- Perikarditis konstriktif: Perikardium menjadi kaku sehingga menghambat pengisian jantung.
- Gagal jantung kanan: Akibat penurunan aliran balik vena.
9. Prognosis
Prognosis perikarditis umumnya baik jika ditangani secara tepat. Perikarditis virus biasanya sembuh dalam 2–6 minggu. Namun, perikarditis akibat tuberkulosis atau kondisi autoimun memiliki risiko kekambuhan dan komplikasi kronis yang lebih tinggi.
10. Peran Perawat dalam Pengelolaan Perikarditis
Perawat memiliki peran penting dalam mendeteksi dini gejala, memberikan perawatan suportif, dan mengedukasi pasien. Beberapa peran perawat antara lain:
- Melakukan pengkajian nyeri dada, pola napas, dan tanda vital secara berkala.
- Memantau adanya tanda-tanda tamponade jantung.
- Membantu pasien mempertahankan posisi semi-Fowler untuk mengurangi nyeri dada.
- Memberikan edukasi tentang pentingnya istirahat, pengobatan teratur, dan pemantauan gejala kekambuhan.
- Berkoordinasi dengan tim medis dalam penatalaksanaan dan observasi efek obat.
Daftar Pustaka
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Tatalaksana Penyakit Jantung.
- World Health Organization (WHO). (2021). Pericardial Diseases: Clinical Overview.
- Brunner & Suddarth. (2018). Textbook of Medical-Surgical Nursing. Lippincott Williams & Wilkins.
- OpenStax. (2022). Anatomy and Physiology. OpenStax CNX.

Posting Komentar untuk "Laporan Pendahuluan Penyakit Perikarditis"