Nerspedia.id – Media Edukasi Keperawatan dan Informasi Kesehatan
1. Pengertian Penyakit Typhoid
Penyakit typhoid atau demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotipe Typhi. Penyakit ini menyerang saluran pencernaan, tetapi dapat menyebar ke organ tubuh lain melalui aliran darah. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2021), typhoid merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia, dengan tingkat kejadian tinggi di daerah yang memiliki sanitasi dan kebersihan makanan yang buruk. Penyakit ini dapat menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi tinja atau urin penderita.
2. Etiologi / Penyebab
Penyebab utama typhoid adalah infeksi bakteri Salmonella Typhi atau Salmonella Paratyphi.
Faktor risiko penularan meliputi:
- Konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi kuman dari penderita atau carrier.
- Kebiasaan tidak mencuci tangan setelah buang air besar.
- Sanitasi lingkungan yang buruk.
- Hidup di daerah padat penduduk.
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Penularan typhoid berlangsung melalui jalur fecal-oral. Bakteri masuk ke tubuh melalui makanan, air minum, atau tangan yang terkontaminasi feses penderita, kemudian menginfeksi usus halus dan menyebar ke sistem limfatik dan peredaran darah.
3. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan manusia terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Fungsi utamanya adalah mencerna makanan menjadi nutrisi yang diserap tubuh dan mengeluarkan sisa metabolisme. Pada penyakit typhoid, bagian yang paling sering terinfeksi adalah usus halus bagian ileum terminal, karena di daerah ini terdapat jaringan limfoid yang disebut Peyer’s patches.
Peyer’s patches berfungsi sebagai bagian dari sistem pertahanan tubuh (imunitas lokal). Namun, jaringan ini juga menjadi pintu masuk utama bagi Salmonella Typhi untuk menembus mukosa usus dan memicu peradangan.
4. Patofisiologi Typhoid
Setelah masuk ke saluran pencernaan, sebagian bakteri Salmonella Typhi mampu bertahan terhadap asam lambung dan mencapai usus halus. Di sana, bakteri menempel pada mukosa usus dan menembus sel epitel melalui sel M di Peyer’s patches. Selanjutnya, bakteri masuk ke sistem limfatik dan dibawa ke organ-organ seperti hati, limpa, dan sumsum tulang.
Setelah berkembang biak, bakteri dilepaskan ke dalam aliran darah dan menyebabkan bakteremia. Respon imun tubuh menyebabkan demam dan gejala sistemik lainnya. Pada tahap lanjut, infeksi dapat menyebabkan nekrosis dan ulserasi pada mukosa usus halus, terutama di ileum, yang berpotensi menimbulkan perdarahan atau perforasi usus.
5. Manifestasi Klinis (Gejala)
Gejala typhoid berkembang secara bertahap selama beberapa minggu. Menurut WHO (2022), gejalanya meliputi:
- Minggu pertama: demam ringan yang meningkat bertahap, sakit kepala, lemas, nyeri otot, nafsu makan menurun, dan konstipasi ringan.
- Minggu kedua: demam tinggi (39–40°C) menetap, bradikardi relatif, lidah kotor di tengah dan merah di tepi, hepatosplenomegali, dan bintik merah muda (rose spots) di dada.
- Minggu ketiga: delirium, distensi abdomen, diare atau konstipasi berat, serta risiko perdarahan atau perforasi usus.
- Minggu keempat: demam menurun, namun pasien masih tampak lemah dan memerlukan pemulihan bertahap.
6. Pemeriksaan Penunjang yang Relevan
Beberapa pemeriksaan yang umum dilakukan untuk menegakkan diagnosis typhoid antara lain:
- Uji Widal: mendeteksi antibodi terhadap antigen O dan H Salmonella Typhi.
- Kultur darah: pemeriksaan paling spesifik, terutama pada minggu pertama penyakit.
- Kultur feses dan urin: untuk mendeteksi keberadaan bakteri pada minggu kedua dan ketiga.
- Pemeriksaan darah lengkap: menunjukkan leukopenia relatif dan peningkatan LED.
- Typhidot test: mendeteksi antibodi IgM dan IgG terhadap Salmonella Typhi dengan hasil cepat.
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan typhoid bertujuan untuk membasmi bakteri, mencegah komplikasi, dan memulihkan kondisi tubuh pasien.
Terapi Farmakologis
- Antibiotik: kloramfenikol, seftriakson, siprofloksasin, atau azitromisin (sesuai hasil uji resistensi lokal).
- Antipiretik: parasetamol untuk menurunkan demam.
- Cairan infus: untuk mengganti kehilangan cairan akibat demam atau diare.
- Vitamin dan nutrisi tambahan: mendukung pemulihan tubuh.
Terapi Nonfarmakologis
- Istirahat total selama fase akut.
- Diberikan diet lunak, tinggi kalori, dan mudah dicerna.
- Menjaga kebersihan makanan dan air minum.
- Edukasi pasien agar menyelesaikan terapi antibiotik hingga tuntas.
8. Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Bila tidak diobati dengan benar, typhoid dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:
- Perforasi usus halus (komplikasi tersering dan paling berbahaya).
- Perdarahan usus.
- Peritonitis.
- Hepatitis tifoid (peradangan hati akibat infeksi).
- Miokarditis (radang otot jantung).
- Ensefalopati tifoid.
- Rekuren atau kekambuhan setelah terapi tidak tuntas.
9. Prognosis
Prognosis typhoid umumnya baik bila diobati dengan antibiotik yang tepat. Angka kesembuhan dapat mencapai lebih dari 95%. Namun, bila terjadi komplikasi seperti perforasi atau perdarahan usus, prognosis dapat memburuk. Pencegahan melalui perbaikan sanitasi lingkungan, perilaku hidup bersih, dan vaksinasi tifoid sangat disarankan untuk menurunkan angka kejadian penyakit ini.
10. Peran Perawat dalam Pengelolaan Penyakit Typhoid
Perawat berperan penting dalam memberikan asuhan keperawatan holistik bagi pasien typhoid. Beberapa peran utama meliputi:
- Pengkajian: mengidentifikasi gejala seperti demam, nyeri perut, mual, serta tanda-tanda dehidrasi.
- Diagnosa Keperawatan: hipertermi, risiko defisit volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan defisit pengetahuan tentang penyakit.
- Intervensi:
- Memberikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
- Memonitor tanda vital dan keseimbangan cairan.
- Memberikan edukasi tentang pentingnya higienitas, pola makan sehat, dan menyelesaikan pengobatan.
- Mendukung istirahat yang cukup dan pemenuhan nutrisi.
- Evaluasi: pasien menunjukkan penurunan suhu tubuh, nafsu makan meningkat, hidrasi adekuat, dan memahami pencegahan penularan ulang.
Selain merawat pasien, perawat juga berperan dalam edukasi masyarakat tentang pencegahan typhoid melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Posting Komentar untuk "Laporan Pendahuluan Penyakit Typhoid"