Laporan Pendahuluan Penyakit Hemoroid

Laporan Pendahuluan Penyakit Hemoroid | Nerspedia

Hemoroid atau yang dikenal masyarakat sebagai wasir merupakan salah satu gangguan anorektal yang sering dijumpai di pelayanan kesehatan. Penyakit ini menimbulkan ketidaknyamanan, nyeri, dan gangguan buang air besar, sehingga penting untuk dipahami oleh tenaga kesehatan, khususnya perawat.

1. Pengertian Penyakit

Hemoroid adalah pelebaran dan peradangan pada pembuluh darah vena di pleksus hemoroidalis (rektum dan anus) yang dapat menimbulkan benjolan, perdarahan, dan rasa nyeri (Kemenkes RI, 2020). Berdasarkan letaknya, hemoroid dibagi menjadi dua jenis:

  • Hemoroid interna: terjadi di atas garis dentata, tertutup mukosa rektum, dan biasanya tidak nyeri.
  • Hemoroid eksterna: terjadi di bawah garis dentata, tertutup kulit anus, dan cenderung menimbulkan nyeri.

Menurut World Health Organization (WHO), hemoroid merupakan salah satu penyakit anorektal dengan prevalensi tinggi pada orang dewasa, terutama akibat gaya hidup kurang aktif dan pola makan rendah serat.

2. Etiologi / Penyebab

Penyebab hemoroid bersifat multifaktorial. Faktor risiko yang sering berperan antara lain:

  • Konstipasi kronis atau kebiasaan mengejan berlebihan saat defekasi
  • Kelebihan tekanan intraabdominal (misalnya pada kehamilan, obesitas, atau batuk kronis)
  • Duduk terlalu lama atau kurang aktivitas fisik
  • Kebiasaan buang air besar terlalu lama di toilet
  • Pola makan rendah serat dan kurang cairan
  • Faktor usia dan kelemahan jaringan penyangga rektum

3. Anatomi Fisiologi

Daerah anorektal terdiri dari kanal anus sepanjang ±4 cm yang berfungsi sebagai jalur akhir pembuangan feses. Pada dinding rektum bagian distal terdapat pleksus hemoroidalis interna dan eksterna yang berperan dalam kontrol kontinensia.

Pembuluh vena pada pleksus ini tidak memiliki katup seperti vena lainnya, sehingga mudah mengalami pelebaran bila terjadi peningkatan tekanan. Normalnya, jaringan ini membantu menutup kanal anus dan mempertahankan tekanan saat istirahat.

Ilustrasi anatomi hemoroid
Gambar 1. Anatomi area hemoroid (Sumber: Wikimedia Commons, 2024)

4. Patofisiologi

Ketika terjadi peningkatan tekanan intraabdominal atau gangguan aliran darah vena, pembuluh darah di pleksus hemoroidalis mengalami dilatasi dan kongesti. Pembesaran ini disertai peradangan kronis dan kelemahan jaringan penyangga yang mengakibatkan prolaps mukosa ke arah anus.

Proses inflamasi berulang dapat menyebabkan perdarahan rektal, pembentukan bekuan darah (trombosis), dan rasa nyeri. Jika dibiarkan, hemoroid dapat menonjol keluar dari anus dan memerlukan tindakan bedah.

5. Manifestasi Klinis (Gejala)

Gejala hemoroid bergantung pada derajat keparahan dan lokasi lesi. Manifestasi yang sering dijumpai antara lain:

  • Perdarahan rektal saat buang air besar (biasanya darah merah segar)
  • Rasa tidak nyaman, nyeri, atau gatal di anus
  • Adanya benjolan di sekitar anus yang kadang keluar saat defekasi
  • Rasa penuh atau tidak tuntas setelah buang air besar
  • Jika terjadi trombosis, benjolan terasa sangat nyeri dan keras

6. Pemeriksaan Penunjang yang Relevan

a. Pemeriksaan Fisik

  • Inspeksi daerah anus untuk melihat adanya benjolan atau prolaps
  • Digital rectal examination (DRE) untuk menilai tonus sfingter dan nodul

b. Pemeriksaan Diagnostik

  • Anoskopi: untuk visualisasi langsung pleksus hemoroidalis interna
  • Rektosigmoidoskopi atau kolonoskopi: bila dicurigai adanya kelainan lain seperti polip atau kanker kolorektal
  • Pemeriksaan darah: hemoglobin atau hematokrit bila terjadi perdarahan kronis

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan hemoroid bertujuan mengurangi gejala, mencegah kekambuhan, dan memperbaiki pola buang air besar. Penanganannya meliputi:

a. Terapi Konservatif

  • Peningkatan konsumsi serat (sayur, buah, biji-bijian)
  • Asupan cairan cukup (2–2,5 liter per hari)
  • Menghindari mengejan dan duduk lama di toilet
  • Kompres hangat atau sitz bath untuk mengurangi nyeri
  • Obat topikal (krim atau suppositoria yang mengandung hidrokortison atau lidokain)

b. Terapi Invasif

  • Skleroterapi: penyuntikan zat sklerosan untuk mengecilkan vena
  • Ligasi karet (rubber band ligation): mengikat pangkal hemoroid hingga jaringan nekrosis
  • Koagulasi inframerah atau laser: menghentikan perdarahan dan mengecilkan jaringan
  • Hemoroidektomi: tindakan bedah untuk hemoroid berat atau tidak responsif terhadap terapi lain
Ilustrasi prosedur hemoroidektomi
Gambar 2. Ilustrasi tindakan hemoroidektomi (Sumber: Wikimedia Commons, 2024)

8. Komplikasi yang Mungkin Terjadi

  • Trombosis vena hemoroid
  • Anemia akibat perdarahan kronis
  • Infeksi dan abses perianal
  • Ulkus atau nekrosis jaringan
  • Inkontinensia fekal pascaoperasi (jarang)

9. Prognosis

Prognosis hemoroid umumnya baik dengan penanganan dini dan perubahan gaya hidup. Sebagian besar kasus ringan dapat sembuh tanpa pembedahan. Namun, pada pasien dengan faktor risiko menetap (seperti konstipasi kronis), kemungkinan kekambuhan tetap ada.

10. Peran Perawat dalam Pengelolaan Hemoroid

Perawat memiliki peran penting dalam perawatan pasien hemoroid, baik di rumah sakit maupun komunitas. Peran tersebut mencakup:

  • Pengkajian: memantau nyeri, pola defekasi, dan tanda-tanda perdarahan.
  • Edukasi: mengajarkan pasien mengenai diet tinggi serat, pentingnya hidrasi, serta cara buang air besar yang benar.
  • Perawatan luka: pasca hemoroidektomi, perawat memastikan area anus bersih dan kering untuk mencegah infeksi.
  • Dukungan psikologis: membantu pasien menghadapi rasa malu atau cemas akibat keluhan di area sensitif.
  • Evaluasi: menilai keberhasilan terapi dan memberikan edukasi lanjutan untuk mencegah kekambuhan.

Disclaimer: Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi kesehatan dan tidak menggantikan saran atau diagnosis dokter. Jika Anda memiliki gejala yang mengarah pada hemoroid atau keluhan lain di area anus, segera konsultasikan ke tenaga medis profesional.

Daftar Pustaka

  1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Pencegahan dan Penatalaksanaan Penyakit Anorektal. Jakarta: Kemenkes RI.
  2. World Health Organization (WHO). (2022). Hemorrhoids and Anal Disorders: Epidemiology and Management.
  3. OpenStax. (2023). Human Anatomy and Physiology. Rice University, Texas.
  4. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2010). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing. Lippincott Williams & Wilkins.

Posting Komentar untuk "Laporan Pendahuluan Penyakit Hemoroid"